Perilaku Yang Mencerminkan Beriman Kepada Malaikat Izrail Adalah
Menyebut Nama Malaikat dalam Doa
Dalam praktek keagamaan sehari-hari, seorang Muslim dapat menyebut nama malaikat, seperti Jibril, dalam doa-doa mereka, terutama ketika meminta petunjuk, perlindungan, atau bantuan dari Allah.
Malaikat Ada yang Diberi Tugas
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, “Sebagian lagi mengatur urusan-urusan lain sesuai perintah-Nya.”
Adapun beberapa contoh malaikat dengan nama dan tugasnya.
Pertama: Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada para Rasul-Nya yang turun dari sisi Allah.
Kedua: Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuhan bumi.
Ketiga: Israfil ditugaskan meniup sangkakala.
Tentang tiga malaikat yaitu Jibril, Mikail, dan Israfil disebutkan dalam doa iftitah (istiftah) saat shalat malam,
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“ALLOHUMMA ROBBA JIBROO-IILA WA MII-KA-IILA WA ISROOFIILA, FAATHIRIS SAMAAWAATI WAL ARDHI ‘ALIIMAL GHOIBI WASY SYAHAADAH ANTA TAHKUMU BAYNA ‘IBAADIKA FIIMAA KAANUU FIIHI YAKHTALIFUUN, IHDINII LIMAKHTULIFA FIIHI MINAL HAQQI BI-IDZNIK, INNAKA TAHDI MAN TASYAA-U ILAA SHIROOTIM MUSTAQIIM (artinya: Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum untuk memutuskan apa yang mereka pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.).” (HR. Muslim, no. 770)
Tentang malaikat Jibril dan malaikat Mikail disebutkan dalam ayat,
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَمَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 97-98)
Ibnu Katsir rahimahullah berarti ada tiga kali tiupan sangkakala yaitu tiupan untuk menakut-nakuti (nafkhah al-faz’), lalu tiupan untuk mematikan yang hidup (nafkhah ash-sha’aq), lalu tiupan untuk membangkitkan pada hari kiamat (nafkhah al-ba’ts). (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:345-346)
Dalil yang menyatakan tiupan pertama untuk mengagetkan adalah firman Allah dalam ayat,
مَا يَنْظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ
“Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.” (QS. Yasin: 49)
Tiupan kedua dan ketiga ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdirimenunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Adapun dalil yang membicarakan tiupan ketiga saja adalah firman Allah,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.” (QS. Yasin: 51)
Keempat: Malaikat maut dan pasukannya yang bertugas mencabut nyawa. Penyebutan dengan Izra’il tidak memiliki dalil pendukung dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih.
Dalil yang menunjukkan adanya malaikat Maut adalah ayat,
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖوَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. Al-An’am: 61). Dalil ini menunjukan bahwa malaikat maut itu banyak, lebih dari satu malaikat.
Dalam ayat lainnya disebutkan pula,
۞قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.’” (QS. As-Sajdah: 11)
Ruh orang kafir akan dicabut dengan kasar, tidak dengan lemah lembut seperti disebutkan dalam ayat,
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ
“Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?” (QS. Muhammad: 27)
Adapun orang beriman akan dicabut ruhnya dengan lemah lembut.
Ketika nyawa orang beriman akan dicabut, maka malaikat akan memberikan kabar gembira sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَنَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖوَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fussilat: 30-31)
Sedangkan orang kafir diberi kabar dengan siksa neraka dan murka Allah. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” .” (QS. Al-An’am: 93)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyalahu ‘anhu,
رَأَى مُحَمَّدٌ جِبْرِيْلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ قَدْ سَدَّ الأُفُق
“Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Jibril (dalam wujud aslinya pen.). Ia memiliki 600 sayap yang menutupi langit.” (HR. Bukhari, no. 3232 dan Muslim, no. 174)
Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada kekasihnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dua ayat di dalam Alquran. Yakni ayat,
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
“Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS. At-Takwir: 23).
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15).
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِى خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ رَأَيْتُهُ مُنْهَبِطًا مِنَ السَّمَاءِ سَادًّا عِظَمُ خَلْقِهِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الأَرْضِ
“Itulah Jibril yang tidak pernah kulihat ia dalam wujud aslinya. Kecuali pada dua kesempatan itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, dimana tubuhnya yang besar memenuhi ruang antara langit dan bumi.” (HR. Muslim, no. 177).
Dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Rasulullah melihat Jibril dengan bentuk aslinya. Dia memiliki enam ratus sayap. Setiap satu sayapnya dapat menutupi ufuk. Dari sayapnya berjatuhan mutiara dan yaqut dengan beragam warna.” (HR. Ahmad, 1:395. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dhaif).
Masih berlanjut lagi tentang pembahasan malaikat insya Allah.
Selesai disusun Selasa sore, 7 Jumadats Tsaniyyah 1440 H (12 Februari 2019) di #darushsholihin Panggang Gunungkidul
Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.
HSI Beriman Kepada para Malaikat
Memahami Keterbatasan Manusia
Beriman kepada malaikat juga mengingatkan seorang Muslim tentang keterbatasan manusia dan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan malaikat sebagai makhluk yang setia dan sempurna.
Mengamalkan iman kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari dengan keyakinan dan pengakuan yang kuat adalah salah satu aspek penting dalam berpraktek Islam. Dengan pemahaman dan keyakinan yang mendalam, seorang Muslim dapat lebih dekat dengan agama dan memahami peran malaikat dalam pelaksanaan rencana Allah.
oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Syaikh al-Fasani dalam al-Majalisus Saniyah, Allah SWT membagi makhluk menjadi tiga kelompok. Pertama, ada yang diciptakan memiliki akal namun tanpa syahwat. Kelompok ini adalah kalangan malaikat. Kedua, ada yang diciptakan memiliki syahwat namun tanpa akal. Kelompok ini adalah kalangan para hewan di darat maupun di laut. Ketiga, ada yang diciptakan memiliki akal dan syahwat sekaligus. Mereka ini adalah kalangan manusia. Manusia yang akalnya mendominasi syahwatnya, ia laksana malaikat. Sebaliknya, manusia yang syahwatnya mengalahkan akalnya sampai-sampai memperuruti terus kehendak hawa nafsu, ia laksana hewan yang bertubuh manusia.
Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Syarah Qathrul Ghaits, nafsu itu memiliki tujuh tingkat. Pertama, nafsu ammarah. Pasukannya adalah kikir, serakah, dengki, bodoh, sombong, syahwat, dan murka. Kedua, nafsu lawwamah. Pasukannya adalah suka mencela, mengumbar nafsu, menipu, bangga diri, ghibah, riya, aniaya, bohong, dan lalai. Ketiga, nafsu mulhimah. Pasukannya adalah dermawan, qanaah, murah hati, rendah hati, tobat, sabar, dan penuh tanggung jawab. Keempat, nafsu muthmainnah. Pasukannya adalah pemurah, tawakal, senantiasa ibadah, syukur, ridha, dan takut kepada Allah. Kelima, nafsu radhiyah. Pasukannya adalah kemuliaan, zuhud, tulus, wara, terus melatih jiwa, menepati janji. Keenam, nafsu mardhiyah. Pasukannya adalah berakhlak mulia, meninggalkan semuanya selain Allah, lembut, selalu mengajak perbaikan, penuh maaf, dan penuh cinta. Ketujuh, nafsu kamilah. Pasukannya adalah ilmul yakin, ainul yakin, dan haqqul yakin. Yang selama ini kita sebut syahwat tak lain adalah gejolak nafsu (isytiaq al-nafsi).
Bagi Syaikh al-Fasani, pengertian beriman kepada malaikat adalah meyakini esistensi mereka dan dapat mengidentifikasi mereka. Minimal mengenal nama dan tugas inti mereka. Ciri khas malaikat adalah seperti terurai dalam al-Qur’an, “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), hamba-hamba yang dimuliakan” (QS. al-Anbiya/21: 26). Menurut pengarang Tafsir Jalalain, yang dimaksud “dimuliakan” dalam ayat di ini adalah dimuliakan di sisi Allah SWT. Kendati nyatanya, malaikat dimuliakan di sisi manusia. Ayat ini mengklarifikasi malaikat itu hamba Allah SWT bukan anak Allah SWT. Seperti tuduhan, “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil anak” (QS. al-Anbiya/21: 26). Ciri lain dari malaikat adalah diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya. Hal ini terungkap dari hadits yang bersumber dari Aisyah, Nabi SAW bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang ada pada kalian” (HR. Muslim). Secara leksikal, kata “malaikat” itu bentuk plural dari “malak”. Di dalam al-Qur’an termaktub ciri malaikat sebagai makhluk yang tidak pernah durhaka kepada Allah SWT, “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. al-Tahrim/66: 6).
Secara fisikal, ciri malaikat, seperti diungkap Syaikh Nawawi Banten dalam Qaimuth Thughyan adalah jisim-jisim yang lembut yang mempunyai ruh. Allah SWT memberikan kemampuan kepada mereka untuk merubah bentuk dan rupa yang beraneka dengan tetap indah dan memesona ketika dipandang oleh makhluk lainnya.
Sementara itu jumlah malaikat , tulis Syaikh al-Fasani, tidak ada yang dapat menghitung jumlah bilangan mereka kecuali Allah SWT. Namun Syaikh Nawawi Banten dalam Syarah Qathrul Ghaits mengatakan bahwa malaikat dapat diketahui dari tiga hal. Pertama, keadaan mereka. Kedua, perbuatan mereka. Ketiga, bentuk-bentuk mereka.
Perlu diketahu juga, lanjut Syaikh Nawawi Banten, pada diri manusia saja terdapat dua puluh malaikat hafadzah (penjaga), seperti hadits Nabi SAW yang dikutipnya, “Ustman bin Affan bertanya kepada Nabi SAW, “Berapa malaikat yang ada pada seorang manusia?” Kemudian Nabi SAW menjawab, “Ada dua puluh malaikat”.
Selain taat dan tidak pernah durhaka, ciri khas malaikat adalah, “Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya” (QS. al-Anbiya/21: 26). Maksudnya, menurut pengarang Tafsir Jalalain, malaikat itu sama sekali tidak pernah berkata melainkan setelah ada titah dari Allah SWT.
Seperti diketahui malaikat tidak punya syahwat tapi memiliki akal. Mereka menjadi makhluk yang senantiasa beribadah siang dan malam tiada henti. Inilah ciri lain dari malaikat, seperti firman Allah SWT, “Maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari” (QS. Fushshilat/41: 38).
Di samping itu, malaikat juga memiliki tugas dan kedudukan tertentu, misalnya Jibril. Allah SWT menjelaskan, “Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy” (QS. al-Takwir/81: 19-20).
Menurut Syaikh Nawawi Banten, Jibril adalah malaikat safarah (malaikat penghubung), seperti halnya Mikail, Israfil, dan Azrail. Jibril juga adalah malaikat yang turun menghampiri para nabi. Sedangkan Mikail adalah malaikat yang diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk mengatur hujan: besar-kecilnya, lama atau sebentarnya.
Sementara itu, Israfil adalah malaikat yang diberikan amanah untuk meniup sangkakala. Nabi SAW bersabda, seperti dikutip Syaikh Hamami Zadah dalah Tafsir Surah Yasin, ”Sangkakala adalah sebuah tanduk yang panjangnya sejauh perjalanan tujuh ribu tahun. Pada tanduk itu ada tujuh lubang. Jarak antar lubang sejauh perjalanan seribu tahun”.
Namun begitu, lanjut Syaikh Hamai Zadah, bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai jumlah bilangan ditiupnya sangkakala. Ada yang mengatakan dua kali dan ada juga yang mengatakan tiga kali. Tiupan pertama untuk mematikan dan tiupan kedua untuk membangkitkan manusia dari kubur menuju Padang Mahsyar.
Argumentasi sangkakala ditiup tiga kali didasarkan atas tiga ayata berikut secara berturut-turut. Pertama, “Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri” (QS. al-Naml/27:87).
Tiupan kedua dan ketiga didasarkan atas firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Zumar/39 ayat 68, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”.
Namun menurut Syaikh Hamami Zadah pendapat yang mengatakan sangkakala ditiup dua kali adalah pendapat yang lebih shahih. Alasannya, tiupan mengejutkan dan tiupan kematian itu satu kali tiupan. Artinya pada tiupan pertama manusia merasakan keterkejutan yang luar biasa dan setelah itu mereka mengalami kematian (karena tiupan itu).
Selanjutnya, tulis Syaikh Nawawi Banten, Azrail adalah malaikat yang diamanahi Allah SWT untuk mencabut nyawa makhluk yang mempunyai ruh. Dalam Tafsir Surah Yasin, Syaikh Hamami Zadah mengutip hadits Nabi SAW, “Setiap makhluk binasa. Para malaikat penyanggah Arasy, yakni Jibril, Mikail, Israfil, dan Azrail. Mereka tidak dimatikan.
Namun kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Azrail mencabut nyawa ketiga malaikat yang lain (Jibril, Mikail, Israfil), lalu Izrail mencabut semua ruh mereka”. Dalam satu riwayat lain, tulis Syaikh Hamami Zadah, diungkap bahwa datanglah titah Allah SWT kepada Jibril, Mikail, Israfil, dan Azrail, “Matilah kalian!”.
Secara mata telanjang, Nabi SAW mengakui pernah bertemu dengan Jibril berikut karakteristiknya, “Aku pernah melihat Jibril turun memenuhi langit dan bumi dengan memakai pakaian sutera dan dikelilingi intan dan permata” (HR. Ahmad). Hadits ini juga memberi informasi bahwa Jibril dapat merubah bentuk sesuai kebutuhan.
Namun ketika Isra ke langit, Nabi SAW melihat Jibril dalam rupa yang lain, seperti diungkap al-Qur’an, “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu) di Sidratil Muntaha” (QS. al-Najm/53: 13-14). Sangat sulit digambarkan tentunya rupa asli Jibril seperti apa.
Para ahli tafsir, misalnya pengarang Tafsir Jalalain, hanya menyinggung soal “Sidratul Muntaha” dalam ayat ini. Menurutnya, Sidratul Muntaha adalah nama sebuah pohon Nabaq yang berada di sebelah kanan Arasy. Tidak satu malaikat pun dan makhluk lain yang dapat melewati tempat itu, selain Nabi SAW saat Isra dan Mikraj.
Arasy itu sendiri, ungkap Syaikh Nawawi Banten dalam Syarah Qathrul Ghaits adalah permata berwarna hijau. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, Arasy adalah yang terbesar. Setiap hari Arasy diliputi oleh seribu cahaya beraneka warna. Tak ada satu makhluk pun yang dapat memandang Arasy. Segala yang ada di dalam Arasy seperti lingkaran di tanah lapang.
Digambarkan oleh Syaikh Utsman al-Khubari dalam Durratun Nashihin bahwa Arasy adalah kiblat bagi para penghuni langit seperti halnya juga Ka’bah menjadi kiblat bagi para penghuni bumi. Allah SWT berfirman, “Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung” (QS. al-Taubah/9: 129). Ayat ini juga memperjelas kedudukan Arasy. Menurut Syaikh Nawawi Banten, malaikat pemanggul Arasy adalah kelompok malaikat yang pertama kali diciptakan. Nabi SAW bersabda, “Aku telah izinkan untuk menceritakan tentang malaikat dari malaikat Allah yang memanggul Arasy. Jarak antara telinga dan pundaknya sepanjang perjalanan tujuh ratus tahun” (HR. Abu Daud).*(sam/mf)
Di antara malaikat yang mesti diimani adalah malaikat penjaga neraka, malaikat penjaga surga, dan beberapa lainnya yang dibahas dalam kajian Syarhus Sunnah karya Imam Al-Muzani berikut ini.
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,
خَلَقَ الخَلْقَ بِمَشِيْئَتِهِ عَنْ غَيْرِ حَاجَةٍ كَانَتْ بِهِ فَخَلَقَ اْلملاَئِكَةَ جَمِيْعًا لِطَاعَتِهِ وَجَبَلَهُمْ عَلَى عِبَادَتِهِ فَمِنْهُمْ مَلاَئِكَةٌ بِقُدْرَتِهِ لِلْعَرْشِ حَامِلُوْنَ وَطَائِفَةٌ مِنْهُمْ حَوْلَ عَرْشِهِ يُسَبِّحُوْنَ وَآخَرُوْنَ بِحَمْدِهِ يُقَدِّسُوْنَ وَاصْطَفَى مِنْهُمْ رُسُلاً إِلَى رُسُلِهِ وَبَعْضٌ مُدَبِّرُوْنَ لِأَمْرِهِ
“Allah menciptakan makhluk dengan kehendak-Nya, bukan karena Allah butuh pada makhluk. Allah menciptakan malaikat seluruhnya untuk taat kepada-Nya. Dan Allah menjadikan tabiat (malaikat) itu adalah beribadah kepada-Nya. Di antara malaikat itu ada yang (bertugas) dengan kemampuannya memikul ‘Arsy. Sebagian lagi bertasbih di sekitar ‘Arsy. Yang lain mensucikan-Nya dengan memuji-Nya. Allah memilih di antara mereka (malaikat) sebagai utusan kepada utusan-Nya. Sebagian lagi mengatur urusan-urusan lain sesuai perintah-Nya.”
Memahami Peran Malaikat
Malaikat memiliki berbagai tugas yang ditugaskan oleh Allah, seperti memberikan wahyu kepada para nabi, mencatat amal perbuatan manusia, menjalankan perintah Allah dalam penciptaan, dan banyak lagi. Memahami peran dan fungsi malaikat membantu seorang Muslim untuk lebih mendalam dalam imannya kepada mereka.
Keyakinan yang Kuat
Iman kepada malaikat harus dimiliki dengan keyakinan yang kuat dan tulus hati. Ini berarti meyakini bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang tak terlihat, setia dalam menjalankan tugas-tugas mereka, dan tidak mampu melakukan kesalahan atau memberontak terhadap Allah.
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
BERIMAN KEPADA MALAIKAT
Beriman (percaya) kepada malaikat yaitu membenarkan dengan pasti bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai malaikat-malaikat yang ada. Kita beriman kepada yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala namanya dari mereka seperti Jibril Alaihissallam dan kepada yang tidak kita ketahui namanya dari mereka, maka kita beriman kepada mereka secara umum. Dan kita beriman kepada apa yang kita ketahui dari sifat-sifat dan tugas-tugas mereka.
Malaikat dari sisi martabat/tingkatan: hamba-hamba yang dimuliakan, menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada sedikit pun dari mereka yang mempunyai keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Mereka adalah alam gaib (alam tidak nyata, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang). Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan mereka dari nuur (cahaya).
Malaikat dari sisi pekerjaan: menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertasbih kepada-Nya:
وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ (19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ [الأنبياء/19- 20]
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. [Al-Anbiyaa/21: 19-20].
Malaikat dari sisi ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala: Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada mereka sifat tunduk secara sempurna terhadap perintah-Nya dan kekuatan dalam melaksanakannya. Mereka difitrahkan untuk berbuat taat:
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ [التحريم/6].
yang tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim/66:6]
Jumlah Malaikat. Jumlah malaikat sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung jumlah mereka selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara mereka ada para pemikul arasy, penjaga-penjaga surga, penjaga-penjaga neraka, para pemelihara, para penulis dan selain mereka dan 70.000 dari mereka shalat setiap hari di Baitul-Ma’mur. Apabila mereka keluar, niscaya mereka tidak akan pernah kembali kepadanya.
Dalam cerita al-Mi’raaj, sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tatkala mendatangi langit ke tujuh, beliau bersabda:
فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيهِمْ. متفق عليه.
…lalu aku diangkat ke Baitul Ma’mur, aku bertanya kepada Jibril Alaihissallam, ia menjawab: ‘Ini adalah Baitul Ma’mur, setiap hari 70.000 orang malaikat shalat di dalamnya, apabila mereka keluar, niscaya mereka tidak akan pernah kembali kepadanya.‘ Muttafaqun ‘alaih.[1]
Nama-nama dan Tugas-tugas Para Malaikat” Malaikat adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan mereka untuk taat dan beribadah kepada-Nya. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara mereka ada yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beritahukan kepada kita tentang nama-nama dan tugas-tugas mereka dan di antara mereka ada yang hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui tentang mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan tugas kepada mereka, di antara mereka adalah:
Di antara mereka ada Malakul maut yang ditugaskan mencabut ruh saat meninggal dunia.
Di antara mereka ada para pemikul arsy, penjaga-penjaga surga dan penjaga-penjaga neraka.
Di antara mereka adalah para malaikat yang ditugaskan menjaga anak cucu Adam Alaihissallam, menjaga amal perbuatan mereka, dan mencatatnya bagi setiap orang.
Di antara mereka ada yang ditugaskan dengan seorang hamba secara terus menerus.
Di antara mereka ada malaikat yang silih berganti siang dan malam. di antara mereka ada malaikat yang mengikuti majelis-majelis zikir.
Di antara mereka ada malaikat yang ditugaskan dengan janin di dalam kandungan, mereka menulis rizqinya, amalnya, ajalnya, dan celaka atau keberuntungannya dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara mereka ada malaikat yang ditugaskan dengan memberikan pertanyaan kepada mayit di dalam kuburnya tentang Rabb-nya, agamanya, dan Nabinya. Dan selain mereka sangat banyak sekali yang tidak diketahui jumlahnya oleh selain Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghitung segala sesuatu secara terperinci.
Tugas malaikat al-Kiraam al-Katibiin (Yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang mencatat amal-amal perbuatan manusia):
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan malaikat al-Kiram al-Katibiin dan menjadikan mereka sebagai penjaga terhadap kita. Mereka menulis segala perkataan, perbuatan dan niat. Setiap orang manusia disertai dua orang malaikat, sebelah kanan menulis kebaikan dan sebelah kiri menulis keburukan. Dan dua orang malaikat yang lain bertugas menjaga dan memeliharanya. Satu orang berada di belakangnya dan satunya berada di depannya.
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ [الانفطار/10- 12]
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Infithaar/82:10-12]
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وقال الله تعالى: إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ [ق/17- 18]
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf/50:17-18]
3. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ [الرعد/ 11].
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Ar-Ra’ad/13:11]
4. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللهِ- صلى الله عليه وسلم- قَالَ: يَقولُ اللهُ: إذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلا تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا، فَإنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا، وَإنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، وَإذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا له بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ». متفق عليه.
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Apabila hambaku ingin melakukan kejahatan, maka janganlah kamu menulis kejahatan itu atasnya sampai dia melakukannya. Jika dia melakukannya maka tuliskan seumpamanya. Dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Dan jika dia ingin melakukan kebaikan, lalu tidak mengerjakannya, maka tulislah baginya satu kebaikan. Dan jika dia melakukannya maka tulislah baginya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” Muttafaqun ‘alaih.[2]
Besarnya bentuk Malaikat. Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلائِكَةِ اللهِ مِنْ حَمَلَةِ العَرْشِ إنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ. أخرجه أبو داود
“Aku diberi izin menceritakan tentang satu malaikat dari malaikat-malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dari malaikat pemikul arasy. Sesungguhnya (jarak) di antara daun telinga bagian bawahnya sampai ke pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun.” HR. Abu Daud.[3]
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه أن محمداً- صلى الله عليه وسلم- رَأَى جِبْرِيلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ. متفق عليه
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Jibril Alaihissallam, ia mempunyai enam ratus sayap. Muttafaqun ‘alaih.[4]
Manfaat beriman kepada Malaikat. 1. Mengetahui kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, kekuasaan, kekuatan, dan hikmah-Nya. Dia telah menciptakan malaikat yang tidak mengetahui jumlah mereka selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia Subhanahu wa Ta’ala menjadikan di antara mereka pemikul Arsy, yang salah satu dari mereka jarak di antara daun telinganya bagian bawah sampai pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun. Bagaimana dengan besarnya Arsy? Dan bagaimana kebesaran yang berada di atas Arasy. Maha suci yang :
وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [الجاثية/37]
Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Al-Jatsiyah/45:37]
2. Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas perhatian-Nya terhadap anak cucu Adam Alaihissallam dimana Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mewakilkan dari kalangan malaikat untuk bertugas menjaga mereka, menolong, dan mencatat amal perbuatan mereka.
3. Mencintai malaikat atas apa yang mereka lakukan yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdoa, dan meminta ampunan untuk kaum mukminin, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang para pemikul Arsy dan yang berada di sekitarnya:
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (7) رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (8) وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [غافر/7- 9]
(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”. [Ghaafir/40:7-9]
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433] _______ Footnote [1] Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no.3207 dan lafazh ini baginya, dan Muslim no (162). [2] Muttafaqun ‘alaih. Al-Bukhari no 7501 dan ini lafazdnya, dan Muslim no. 128 [3] Shahih. HR. Abu Daud no.4727, Shahih Sunan Abi Daud no. 3953. lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 151. [4] Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no 4857 dan ini lafazhnya, dan Muslim no 174.
Beriman kepada malaikat dalam Islam melibatkan beberapa aspek, seperti keyakinan, pengakuan, dan pemahaman tentang malaikat serta peran mereka dalam keyakinan dan praktek sehari-hari seorang Muslim. Berikut adalah beberapa cara untuk beriman kepada malaikat dalam Islam:
Menghormati Malaikat
Meskipun malaikat tidak bisa dilihat atau dirasakan oleh manusia, seorang Muslim seharusnya menghormati dan menghargai mereka sebagai makhluk Allah yang patuh dan setia dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Ini berarti tidak mengungkapkan ketidakpercayaan atau meragukan eksistensi mereka.
Mengakui Keberadaan Malaikat
Seorang Muslim harus mengakui secara tegas bahwa malaikat itu nyata dan ada. Malaikat adalah salah satu penciptaan Allah yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tetapi keberadaan mereka adalah kenyataan yang harus diakui.
Mengetahui Nama-nama Malaikat
Ada beberapa malaikat yang memiliki peran khusus dalam Islam, seperti Jibril (Gabriel), Mikail (Michael), Israfil, dan lainnya. Seorang Muslim sebaiknya mengetahui nama-nama dan tugas-tugas malaikat tersebut.
Masih Tentang Beberapa Malaikat dan Tugasnya
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, “Sebagian lagi mengatur urusan-urusan lain sesuai perintah-Nya.”
Kelanjutan dari malaikat dan tugasnya:
Disebutkan dalam ayat,
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖحَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.’” (QS. Az-Zumar: 73)
Dalam ayat lain disebutkan,
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖوَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (QS. Ar-Ra’du: 23)
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (1:53), ada malaikat penjaga surga bernama Ridhwan. Beberapa hadits menegaskan hal ini. Lihat ‘Alam Al–Malaikah Al-Abror, hlm. 21.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ,نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖوَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fussilat: 30-31)
Diceritakan dari Ibnu Jarir, Ibnu ‘Abbas dan As-Sudi menyatakan bahwa malaikat mendatangi mereka ketika mereka keluar dari kubur mereka. Pendapat lain dari Mujahid, As-Sudi, dan Zaid bin Aslam menyatakan bahwa yang dimaksud adalah didatangi malaikat ketika kematian mereka. Demikian disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim mengenai ayat di atas.
Dalam ayat lain disebutkan,
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): ‘Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.’” (QS. Al-Anbiya’: 103).
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah disebutkan bahwa mereka disambut oleh malaikat ketika keluar dari kubur mereka, diberikan kabar gembira ketika hari mereka dikembalikan.
Tentang penjaga Jahannam disebutkan dalam ayat,
وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖحَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚقَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?’ Mereka menjawab: ‘Benar (telah datang).’ Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.” (QS. Az-Zumar: 71)
Dalam surah Ghafir (Al-Mu’min) disebutkan pula,
وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًا مِنَ الْعَذَابِ, قَالُوا أَوَلَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ ۖقَالُوا بَلَىٰ ۚقَالُوا فَادْعُوا ۗوَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ
“Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam: ‘Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari.’ Penjaga Jahannam berkata: ‘Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?’ Mereka menjawab: ‘Benar, sudah datang.’ Penjaga-penjaga Jahannam berkata: ‘Berdoalah kamu.’ Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.” (QS. Ghafir: 49-50)
Disebut nama malaikat tersebut adalah Malaikat Malik dalam ayat,
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖقَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ
“Mereka berseru: ‘Hai Malik biarlah Rabbmu membunuh kami saja.’ Dia menjawab: ‘Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).’” (QS. Az-Zukhruf: 77)
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643)
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke Thaif, beliau mengalami penolakan, akhirnya beliau pulang ke Makkah dalam keadaan sedih. Ketika itu Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ عَلَيْكَ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Apakah engkau pernah mengalami satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat perang Uhud?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku telah mengalami penderitaan dari kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah, saat aku menawarkan diri kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak memenuhi permintaanku. Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika di Qarn Ats-Tsa’alib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu, ternyata ada Malaikat Jibril ‘alaihis salam, lalu ia memanggilku dan berseru, ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah ‘azza wa jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka.’ Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Akhsabain (dua gunung besar di kota Makkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan Gunung Qu’aiqi’an).
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR. Bukhari, no. 3231 dan Muslim, no. 1795)
Semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
Diselesaikan di Bandara Soekarno Hatta, 21 Jumadats Tsaniyyah 1440 H, 26 Februari 2019
Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.
Beriman kepada malaikat kali ini fokus pada pembahasan beberapa tugas malaikat, dan dijelaskan kali ini pula tentang sifat fisik Jibril.
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,
خَلَقَ الخَلْقَ بِمَشِيْئَتِهِ عَنْ غَيْرِ حَاجَةٍ كَانَتْ بِهِفَخَلَقَ اْلملاَئِكَةَ جَمِيْعًا لِطَاعَتِهِ وَجَبَلَهُمْ عَلَى عِبَادَتِهِ فَمِنْهُمْ مَلاَئِكَةٌ بِقُدْرَتِهِ لِلْعَرْشِ حَامِلُوْنَ وَطَائِفَةٌ مِنْهُمْ حَوْلَ عَرْشِهِ يُسَبِّحُوْنَ وَآخَرُوْنَ بِحَمْدِهِ يُقَدِّسُوْنَ وَاصْطَفَى مِنْهُمْ رُسُلاً إِلَى رُسُلِهِ وَبَعْضٌ مُدَبِّرُوْنَ لِأَمْرِهِ
“Allah menciptakan makhluk dengan kehendak-Nya, bukan karena Allah butuh pada makhluk. Allah menciptakan malaikat seluruhnya untuk taat kepada-Nya. Dan Allah menjadikan tabiat (malaikat) itu adalah beribadah kepada-Nya. Di antara malaikat itu ada yang (bertugas) dengan kemampuannya memikul ‘Arsy. Sebagian lagi bertasbih di sekitar ‘Arsy. Yang lain mensucikan-Nya dengan memuji-Nya. Allah memilih di antara mereka (malaikat) sebagai utusan kepada utusanNya. Sebagian lagi mengatur urusan-urusan lain sesuai perintah-Nya.”